Makalah Agama

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin dan kehendakNya kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Agama Islam. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai proses penciptaan manusia dan tugasnya dimuka bumi.
Dalam pembuatan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada guru pembimbing kami yakni M. Arifin yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan. Dengan penuh kesadaran  akan segala kekurangan yang masih ada dan harapan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin menggali ilmu pengetahuan khususnya Agama Islam. Dan harapan kami, ini dapat menjadi inspirasi dan menjadi referensi bagi kita dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang mendengarkan dan yang membacanya.

 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
a.       Latar Belakang.................................................................................... 1
b.      Tujuan Penulisan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
1.      PROSES PENCIPTAAN MANUSIA DAN TUGASNYA DIMUKA BUMI......................................................................................................  2
c.       Surah Az-Zariyat Ayat 58............................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................
a.       Kesimpulan.........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

a.                  Latar Belakang

Diantara sekian banyak penemuan manusia dalam bidang ilmupengetahuan dan teknologi yang sedemikian canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga kini belum mampu dijawab dan dijabarkan oleh manusia secara eksak dan ilmiah. Masalah itu ialah masalah proses penciptaan manusia.Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah berupa fosil seperti jenis  : Pitheccanthropus dan Meghanthropus Di lain puhak banyak  ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasiyang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwaAdam adalah manusia pertama. Kita sebagai umat islam yang mengakui danmeyakini rukun iman, maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan. Kitab (Al Qur’an) itu tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib..... Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita seharusnya tidak perlu berkecil hati menghadapi orang-orang yang menyangkal kebenaran mengenai asal usul manusia.

C.                  Tujuan

1.       Mengetahui penjelasan Alquran mengenai asal-usul manusia.
2.       Mengetahui pengertian manusia sebenarnya.
3.       Mengetahui darimana sebenarnya manusia berasal.
4.       Mengetahui tahapan-tahapan terbentuknya manusia


BAB II
PEMBAHASAN


1.                  PROSES PENCIPTAAN MANUSIA DAN TUGASNYA DIMUKA   BUMI



Artinya: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak akamu ketahui.”(QS Al Baqarah:30).
Surah Al Baqarah adalah surah terpanjang yang seluruhnya diturunkan di Madinah, sehingga digolongkan ke dalam surah Madaniyah. Sebagian besar surah Al Baqarah ini turun dipermulaan tahun Hijriah. Adapun surah Al Baqarah ayat 30 secara khusus tidak memiliki asbabun nuzul.
Isi kandungan Surah Al Baqarah Ayat 30, antara lain sebagai berikut.
a. Manusia berfungsi sebagai khalifah dimuka bumi. Ayat ini menunjukkan bahwa khalifah adalah manusia sebagai makhluk Allah yang sempurna dan memiliki potensi, diantaranya hawa nafsu, pendengaran, pengelihatan, hati/perasaan, penciuman, akal pikiran, mulut, tangan, dan kaki.
b. Fungsi khalifah di bumi yakni sebagai berikut.
1.      Menjadi pemimpin, baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri dalam upaya mencari rida Allah dengan mengabdi dan menyembah hanya kepada-Nya.
2.      Menyejahterakan dan memakmurkan bumi. Allah menciptakan alam semesta, baik flora dan fauna untuk makhluk, khususnya manusia. Oleh karena itu, manusia wajib mengelola, merawat, dan memanfaatkan hasilnya untuk kesejahteraan seluruh makhluk.
c. Upaya antipasi terhadap rintangan pada umat manusia karena di dalam menjalankan fungsi atau tugas manusia, iblis dan setan tidak akan henti-hentinya menggoda manusia agar tersesat. Adapun cara iblis atau setan menggoda manusia adalah dengan masuk ke dalam kalbu manusia sehingga selalu menimbulkan perselisihan, permusuhan, dan perusakan.
d. Manusia harus menjadi mukhlis agar tidak mudah tergoda iblis atau setan.



B.       QS ADZ-DZARIYAT : 56
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
KOSA KATA QS ADZ-DZARIYAT : 56
dan tidaklah : وَمَا
Aku menciptakan : خَلَقْتُ
Manusia : ٱلْإِنسَ
kecuali :  إِلَّا
Supaya mereka menyembah kepada-Ku : لِيَعْبُدُونِ



Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya beribadah kepada-Nya. Hal ini diterangkan juga dalam hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Mujahid,


Juga sesuai dengan firman Allah SWT:
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Tidaklah mereka itu diperintahkan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Q.S. At Taubah: 31)
Pendapat tersebut sama dengan pendapat Az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah SWT tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Allah, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Ia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Ia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah swt.
Ayat ini tidak boleh ditafsirkan secara berdiri sendiri, karena masih ada kaitanya dengan ayat-ayat 52 – 60. Ayat-ayat ini merupakan merupakan satu paket sehingga dalam kitab-kitab tafsirpun tidak ditafsirkan secara berdiri sendiri-sendiri.
QS ADZ-DZARIYAT : 52 – 55
كَذَٰلِكَ مَآ أَتَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا قَالُوا۟ سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ
Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: “Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila”.
أَتَوَاصَوْا۟ بِهِۦ ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌۭ طَاغُونَ
Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.
فَتَوَلَّ عَنْهُمْ فَمَآ أَنتَ بِمَلُومٍۢ
Maka berpalinglah kamu dari mereka, dan kamu sekali-kali tidak tercela.
وَذَكِّرْ فَإِنَّ ٱلذِّكْرَىٰ تَنفَعُ ٱلْمُؤْمِنِينَ
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.
Ayat- ayat 52 – 55 dalam Surat Adz-Dzariyat secara berurutan menjelaskan bahwa setiap rosul menghadapi tantangan yang sama, yaitu orang-orang yang mengaku menyembah Allah, tetapi allah diserupakan atau dianggap menyatu dengan patung, berhala dan sebagainya.selain itu mereka menganggap Rasul allah sebagai tukang tenung, dukun, orang gila dan sebagainya. Maka dalam rangka memberikan motivasi kepada Nabi Muhammad SAW allah bertanya“Apakah mereka yang ingkar itu dapat disadarkan?” Pertanyaan ini dijawab sendiri oleh allah :“Tidak, bahkan mereka semakin angkuh, lalim dan melampaui batas”. Karena itu Nabi Muhammad diminta oleh allah supaya tidak mempedulikan kaum Quraisy yang ingkar dan tidak perlu melayani debat mereka, karena menurut pandangan Allah Beliau sudah menyampaikan misinya secara optimal dan maksimal. Selanjutnya beliau dimotivasi lagi oleh allah supaya terus menyampaikan peringatan tanpa putus asa, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman, dan mereka inilah yang mendapat petunjuk dari allah.
Setelah memberikan penjelasan-penjelasan tersebut diatas, barulah dalam ayat 56 ditegaskan bahwa Jin dan manusia tidak diciptakan semata-mata kecuali untuk mnerima kewajiban menyembah dan mengabdi kepada Allah. Lebih lanjut dalam ayat 57 ditegaskan bahwa penekana perintah beribadah itu bukan berarti Allah membutuhkan mereka, melainkan merekalah yang membutuhkan allah Dia Yang Maha Pemberi Rizki dan Maha Perkasa. Selanjutnya ayat 58-60 berisi ancaman yang ditujukan kepada seluruh penduduk makkah yang ingkar sebagaimana yang telah ditimpahkan oleh allah kepada umat-umat terdahulu.
لِيَعْبُدُونِ begitulah bagian akhir dan terpenting yang disebutkan dalam surat Adz-Dzariyat : 56. Penafsiran terhadap lafadz tersebut dari kalangan para ahli tafsir ternyata berbeda-beda, antara lain :
  1. Imam Mujahid menafsirkan dengan ليعرفو ني  artinya : “supaya mereka mengenal-Ku”.Alasanya : Seandainya Jin dan Manusia tidak diciptakan, niscaya mereka tidak bakal mengenal wujud Allah beserta keesaan-Nya. Penafsiran yang pertama ini diperkuat dengan hadis Qudsi (firman Allah diluar Al Qur’an yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW) كنت كنزا مخفيا فأردت ان آعرف فخلقت الخف فبي ارفوني Artinya : “Aku adalah dzat yang tersembunyi, maka Aku ingin dikenal, oleh karena itu, Aku menciptakan makhluk, agar dengan (kehendak)Ku mereka dapat mengenal-Ku”.
  2. Imam Az-Zajjaj menafsirkan dengan makna :  لآمرهم وانهاهم artinya : “Untuk Kubebankan kepada mereka perintah dan larangan”. Penafsiran yang kedua ini berdasarkan firman Allah QS: At-Taubah : 31.   وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوٓا۟ إِلَٰهًۭا وَٰحِدًۭا Artinya : “Mereka tidak diperintahkan selain untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa”.
  3. Sejumlah Mufassir yang lain menafsirkanya dengan makna : “Supaya mereka tunduk dan patuh kepada-Ku”. Karena setiap makhluk baik Jin atau manusia harus tunduk kepada ketetapan Allah, patuh kepada kehendak-Nya dan mengikuti segala aturan-Nya. Mereka diciptakan atas kehendak-Nya, dan diberi rizki menurut ketentuan-Nya, sehingga tak seorang pun diantara mereka mampu memberi manfaat atau mahdlarat kepada dirinya sendiri, apalagi kepada orang lain.
  4. Sahabat Ibnu Abbas r.a. dengan didukung oleh Imam Ibnu Jarir At Thabari menafsirkanya dengan makna: ” Supaya mereka – suka atau tidak suka – mengakui keharusan menyembah-Ku”. 
Pada akhirnya penafsiran yang berbeda-beda itu dapat dikompromikan dalam satu makna : ” Bahwasanya Jin dan Manusia tidaklah diciptakan oleh Allah kecuali untuk semata-mata beribadah kepadaNya”. Penafsiran inilah yang paling umum dikenal oleh umat islam.
Macam-macam ibadah:
  1. Ibadah Makhdlah  عِباَدَةٌ مَخْضَةٌ  : yaitu ibadah yang ada kaitanya dengan hablun Minnallah ( hubungan vertikal / hubungan dengan Allah ) seperti thaharah, puasa, shalat, zakat, haji, umrah, dzikir, do’a, dan sebagainya.
  2. Ibadah Ghoiru Makhdlah عِباَدَةٌغَيْرُ مَخْضَةٌ : yaitu ibadah yang ada kaitanya dengan hablun minan nas ( hubungan horisontal / hubungan antar manusia ) seperti berbakti kepada kedua orang tua, menyantuni fakir miskin, menghormati tetangga, menyantuni anak yatim, menghormati guru, bekerja mencari rizki yang halal, menjenguk orang sakit, ta’ziah, dan sebagainya.
Selain itu ada lagi pembagian ibadah dalam dua bagian :
  1. Ibadah Muqayyadah   عِباَدَةٌ مُقَيَّدَةٌ   ; menurut K.H.AM. Sahal Mahfudh disebut ibadah formal linguistik, artinya ibadah yang perintah anjuranya disebutkan dalam nash, begitu pula mengenai teknis pelaksanaanya sudah ada ketentuan dalam nash, sehingga tidak boleh dikarang-karang, ditambah, dikurangi, ataupun diubah, misalnya : thaharah, shalat fardlu, shalat sunnah, shalat jum’at, shalat jenazah, puasa wajib, puasa sunnah, haji, umrah, qurban, aqiqah, dan sebagainya.
  2. Ibadah Muthlaqah عِباَدَةٌ مُطْلَقَةٌ  ; ibadah yang perintah / anjuranya disebutkan dalam nash tetapi teknis pelaksanaanya tidak ditentukan. misalnya : dzikir, membaca al qur’an, membaca shalawat, do’a, dan sebagainya. Ibadah Muthlaqah inilah yang bisa diterapkan menurut kondisi setempat.
Syekh Yusuf Al Qardlawi dalam kitabnya ” Al Ibadah Fil Islam ” menjelaskan bahwa apapun yang dilakukan oleh manusia dapat bernilai ibadah dan berpahala manakalah memenuhi persyaratan yang beliau rangkum dalam 2 pertanyaan :
1. كَيْفَ تَعْبُدُ : “Bagaimanakah anda beribadah ?” pertanyaan ini mengisyaratkan bahwa :
  • perbuatan itu harus ada perintahnya, anjuranya, atau minimal dibenarkan dalam syariat islam
  • car pelaksanaanya tidak boleh menyimpang dari ketentuan syariat islam
  • ibadah makhdlah standarnya : tidak boleh dilakukan kecuali yang diperintahkan / dianjurkan ; ibadah ghoiru makhdlah standarnya : segala sesuatu boleh dilakukan kecuali yang diharamkan.
  • perbuatan apapun yang diperintahkan, dianjurkan, atau dibenarkan dalam islam harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan berkualitas.
2. لِماَذاَ تَعْبُدُ : ” Untuk apakah anda beribada ? “ pertanyaan ini mengisyaratkan perlunya keikhlasan dalam berbuat sesuatu yang bernilai ibadah, tidak boleh ada tendensi lain yang terselubung.

BAB III
KESIMPULAN

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Allah lah yang menciptakan manusia dari tanah lalu meniupkan ruh ke dalam jasad manusia sehingga manusia bisa ada hingga saat ini.Penciptaan manusia terjadi melalui beberapa proses. Dimulai daribertemunya sel sperma dengan sel ovum, kemudian berkembang menjadi embrio dalam rahim, dan terus mengalami perkembangan menjadi bayi manusia hingga dilahirkan ke dunia setelah dikandung selama ± 9 bulan.

Comments

Popular posts from this blog

Soal Bahasa Indonesia Semester 1

Soal Bahasa Indonesia Semester 2

Jamur (Fungi)