Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW Di Mekkah


Related image



2.1 Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Pada tanggal 12 Rabiul Awal (20 April 571 M), tahun itu disebut tahun Gajah, lahirlah seorang bayi yang kelak menjadi pemimpin besar dunia. Seorang lelaki pilihan menyandang predikat Nabi dan Rasul Allah terakhir yang mempunyai nama Ahmad atau Muhammad yang artinya terpuji.
Beliau lahir dari keluarga yang amat miskin harta tapi kaya akan budi pekerti. Ayah beliau adalah Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Manaf bin Qusay dari kabilah (suku) Quraisy. Ibu beliau adalah Aminah binti Wahab Manaf juga dari keturunan Quraisy.
Beliau adalah seorang yatim piatu. Ayahnya wafat 2 bulan sebelum beliau lahir, sedangkan ibunya wafat ketika ia berusia 6 tahun. Beliau di asuh oleh kakeknya Abdul Muthallib pemimpin Quraisy. Dan pada usia beliau 9 tahun kakeknya wafat. Asuhanpun beralih pada paman beliau Abu Thalib.

2.2 Sifat-sifat Muhammad SAW yang Terpuji Dalam Al-Qur’an dan Taurat
Sittul-Ahl binti Alwal telah bercerita kepada kami, dari Baha’ ibn Abdurrahman, dari Munajahrin ibn Muhammad, dari Hibatullah ibn Ahmad, dari Husain ibn Ali ibn Bat-ha, dari Muhammad ibn Sa’id Ar-Ras’ini, dari Mu’afi ibn Sulaiman, dari Fulaih, dari Hilal ibn Ali, dari Atha’ ibn Yasar, ia berkata: “Ceritakanlah kepadaku tentang sifat-sifat Rasulullah yang digambarkan dalam Taurat!”
Ia menjawab: “Demi Allah, sesungguhnya sifat beliau dalam Taurat adalah sama sebagaimana sifatnya dalam Al-Qur’an, yaitu: “Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, sebagai pelindung orang-orang ummi, engkau adalah hamba dan Rasulku, Aku namakan engkau Al-Mutawakkil yakni yang tidak kasar lagi beringas, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi memaafkan dan mengampuni. Allah tidak akan mencabut nyawaya sampai agama ini tegak dimuka bumi dan orang-orang berkata “Tidak ada Tuhan selain Allah”, yang dengan perkataan ini maka dibukakan mata yang buta dan telinga yang tuli serta hati yang mati.”
2.3 Nabi Muhammad Berdagang
Ketika berumur 12 tahun, Nabi Muhammad saw mengikuti pamannya Abu Thalib membawa barang dagangannya ke Syam. Sebelum mencapai kota Syam, baru sampai ke Bushra, bertemulah kafilah Abu Thalib dengan seorang pendeta Nasrani yang alim “Buhaira” namanya. Pendeta itu melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad SAW maka dinasihatilah Abu Thalib agar segera membawa keponakannya itu pulang ke Mekkah, sebab dia khawatir kalau-kalau Muhammad SAW ditemukan orang-orang Yahudi yang pasti akan menganiayanya atau dengan kata lain akan membunuhnya, Abu Thalib segera menyelesaikan dagangannya dan kembali ke Mekkah.
Menginjak masa dewasa, Nabi Muhammad SAW mulai berusaha sendiri dalam penghidupannya. Karena dia terkenal jujur maka seorang janda kaya raya bernama Siti Khadijah mempercayai beliau untuk membawa barang dagangannya ke Syam. Dalam perjalanan ke Syam ini, beliau ditemani oleh seorang pembantu Siti Khadijah yang bernama Maisarah. Dalam benak Muhammad muncullah kembali kenangan perjalanannya yang pertama ke Syam bersama Abu Thalib kira-kira 13 tahun yang lalu, melalui padang pasir yang kini sedang menjadi tujuannya pula. Setelah selesai menjual belikan barang dagangan di Syam, dengan memperoleh laba yang tidak sedikit, merekapun kembali ke Mekkah. Dan tiba kembali di Mekkah dengan aman dan selamat. Segera ia melaporkan kepada Khadijah tentang hasil dagangannya itu dan ia menyerahkan keuntungannya kepada Khadijah dalam keadaan utuh, suatu sikap yang melambangkan kejujuran dan keluhuran pribadi Muhammad. Betapa kagum Khadijah terhadap kejujuran Muhammad itu, karena ia sangat terpercaya, menyerahkan semua keuntungan dagangannya, barang dagangan terjual habis, seolah-olah Muhammad sangat berpengalaman dalam soal berdagang.


2.4 Nabi Muhammad Berkeluarga
Kekaguman Khadijah semakin bertambah mendalam terhadap pribadi Muhammad setelah mendengarkan laporan-laporan Maisarah yang menyertainya dalam perjalanan niaga itu. Khadijah terkesan sekali dengan tutur kata, sikap, perangai, tingkah laku dan perbuatan Muhammad selama kelana niaga itu yang kini sedang dituturkan kembali oleh Maisarah kepadanya. Akhirnya, perasaan kewanitaannya membersitkan rasa simpati yang sangat mendalam kepada Muhammad. Khadijah kini mendambakan dirinya hidup disamping Muhammad. Sebelumnya tidak sedikit laki-laki yang melamar Khadijah, tetapi lamaran mereka ditolaknya.
Suatu hari Khadijah mengutus pelayan perempuannya yang bernama Nafisah untuk menyampaikan isi hatinya kepada Muhammad dan pamannya Abu Thalib, Muhammad kemudian membicarakan lamaran Khadijah itu dengan Abu Thalib. Muhammad menerima lamaran Khadijah itu dan Abu Thalib setuju. Demikianlah, akhirnya Muhammad dan Khadijah resmi menikah dengan wali Amru bin Al Asad, Paman Khadijah. Pada saat itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah berumur 40 tahun.
Sesudah berkeluarga itu, Khadijah membebaskan Muhammad mengurusi perniagaannya. Khadijah sendiri menanganinya seperti keadaan semula dan membiarkan suaminya menggunakan waktunya untuk berfikir dan merenung.
Muhammad hidup dalam kerumahtanggaan bersama Khadijah hampir 25 tahun lamanya, sampai tiba saatnya isteri tercinta, Khadijah, meninggal dunia pada tahun kesepuluh kerasulannya. Perkawinannya dengan Khadijah yang diliputi kebahagiaan, ketenteraman, kerukunan dan keharmonisan itu memberikan anak-anak yang bernama Al Qasim (Abdul Qasim), Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah dan Abdullah.


2.5 Nabi Muhammad di Angkat Menjadi Rasul
Saat berusia 40 tahun, beliau lebih banyak mengerjakan tahannuts dari pada waktu-waktu sebelumnya. Pada bulan Ramadhan dibawanya perbekalan lebih banyak dari biasanya, karena akan bertahannuts lebih lama dari pada waktu-waktu sebelumnya, dalam melakukan tahannuts beliau sering mendapatkan mimpi.
Dimalam Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahu 610 Masehi, di waktu Nabi Muhammad SAW sedang bertahannuts di Gua Hira, datanglah malaikat Jibril membawa tulisan dan menyuruh  Muhammad SAW untuk membacanya, katanya: “Bacalah”. Dengan terperanjat Nabi Muhammad SAW menjawab: “Aku tidak bisa membaca”.Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh malaikat Jibril sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya disuruhnya membaca sekali lagi: “Bacalah”. Tetapi Muhammad masih tetap menjawab: “Aku tidak bisa membaca”.Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad berkata: “Apa yang Kubaca”.


Kemudian Jibril berkata:
Artinya: Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat mulia. Yang mengajarkan dengan pena (tulis baca). Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.Al-Alaq 1-5).
Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dan inilah pula saat penobatan beliau sebagai Rasulullah, atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk menyampaikan risalahnya.


2.6 Nabi Muhammad Berdakwah
Adapun Nabi Muhammad berdakwah dengan melalui dua cara, yakni:
A.    Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Setelah Rasulullah SAW menerima wahyu yang kedua ini yang menjelaskan tugas atas dirinya, mulailah beliau secara sembunyi-sembunyi menyeru keluarganya yang tinggal dalam satu rumah dan sahabat-sahabat terdekat beliau, seorang demi seorang, agar mereka meninggalkan agama berhala dan hanya menyembah Allah Yang Maha Esa. Maka yang mula-mula iman kepadanya ialah isteri beliau sendiri Siti Khadijah, disusul oleh putera pamannya yang masih amat muda Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Naritsah, budak yang kemudian menjadi anak angkat beliau. Setelah itu lalu beliau menyeru Abu Bakar Siddiq, seorang sahabat karib yang telah lama bergaul dan Abu Bakar pun segera beriman dan memeluk agama islam.
Dengan perantara Abu Bakar, banyak orang-orang yang memeluk agama islam, antara lain ialah: Utsman bin ‘Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah dan masih banyak lagi. Mereka ini dapat gemblengan dan pelajaran tentang agama islam oleh Rasul sendiri ditempat yang tersembunyi dirumah Arqam bin Abil Arqam.

B.     Menyiarkan Agama Islam Secara Terang-terangan
Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan da’watul afrad, kemudian setelah itu turunlah firman Allah surat Al-Hijr ayat 94 yang artinya:
“Maka jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”.
Ayat ini memerintahkan pada Rasul agar menyiarkan Islam dengan terang-terangan dan meninggalkan cara sembunyi-sembunyi itu. Maka mulailah Nabi Muhammad menyeru kaumnya secara umum ditempat-tempat terbuka untuk menyembah Allah SWT dan meng-Esakan-Nya. Pertama kali seruan (dakwah) yang bersifat umum ini beliau tujukan kepada kerabatnya sendiri, lalu kepada penduduk Mekkah pada umumnya yang terdiri dari bermacam-macam lapisan masyarakat, baik golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya, kemudian kepada kabilah-kabilah yang datang ke Mekkah untuk mengerjakan haji.


2.7 Tekanan dan Ancaman Kafir Quraisy
Ibnu Ishaq berkata: Orang-oarang kafir Quraisy menyiksa dan menganiaya setiap kabilah yang masuk islam. Allah menjaga Nabi Muhammad SAW. Dengan perantara pamannya Abu Thalib. Abu Thalib kemudian mengajak Bani Hasyim dan Bani Muthalib untuk bersama-sama menjaga Nabi Muhammad dari siksaan orang-orang kafir Quraisy. Maka merekapun sepakat untuk menjaganya, kecuali Abu Lahab. Yahya ibn Urwah ibn Az-Zubair telah bercerita padaku, dari ayahnya, dari Abdullah Ibnu ‘Amr: “Aku pernah bertanya kepada ‘Amr: “Bagaimanakah perlakuan Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW yang pernah kamu lihat?”
Ia menjawab: “Aku pernah bersama kafir Quraisy pada saat mereka sedang berkumpul di Hijr. Mereka membicarakan tentang Rasulullah SAW dan berkata: “Kami sudah tidak sabar lagi terhadap orang ini (Muhammad), karena ia telah menghancurkan cita-cita kami dan mencela tuhan-tuhan kami”.
Pada saat itu juga Rasullullah SAW muncul dan langsung mencium Hajar Aswad dan kemudian thawaf. Ketika beliau sedang mengelilingi ka’bah, maka kafir Quraisy mencaci maki beliau dengan kata-kata kasar. Pada putaran kedua mereka mencacinya dengan perkataan serupa. Pada putaran ketiga maka mereka juga mencaci dengan kata-kata kasar. Tak hanya sampai disitu, setiap bertemu Rasulullah mereka selalu memperolok-olokkan Rasullullah.

3.1     Kesimpulan
Siapapun yang meneliti kehidupan beliau, maka ia akan menemukan pesona-pesona agung yang pengaruhnya begitu kuat terhadap jiwa manusia. Kita akan mengetahui bagaimana seorang Muhammad mampu mendobrak tatanan masyarakat jahiliyah yang begitu keras peradabannya dan menyembah berhala, menjadi masyarakat yang berakhlak dan menyembah Allah yang satu. Jawabannya adalah, semua itu karena pengaruh keimanan diiringi dengan kemuliaan akhlak. Yang diwariskan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT kepadanya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti luhur.”.

Comments

Popular posts from this blog

Soal Bahasa Indonesia Semester 1

Soal Bahasa Indonesia Semester 2

Jamur (Fungi)